Sumbawa Barat  — Kontroversi besar dituding mengguncang jalannya Liga 1 ASKAB PSSI KSB tahun ini, yang digelar oleh Badan Liga. Gelora Mura FC, Champions Liga 1 KSB musim lalu asal Kecamatan Brang Ene, harus menelan kenyataan pahit setelah dua kemenangan mereka dianulir akibat sanksi yang dinilai sepihak oleh Komisi Disiplin liga.

Salah satu tokoh masyarakat Desa Mura dan pemerhati sepakbola lokal, Ressy angkat suara menurutnya prosesnya pengambilan keputusan tidak transparan.

Dikatakan Ressy, pada laga pembuka, Sabtu 14 Juni 2025, Gelora Mura FC menaklukkan Persisam FC dengan skor 4–2 di Lapangan Gambo, Desa Mura.

Namun kemenangan itu langsung digugat oleh Persisam FC melalui nota protes resmi, menuduh Gelora Mura menurunkan pemain kelahiran 2007, yang diklaim belum memenuhi syarat usia.

Padahal, lanjut Ressy jika merujuk pada regulasi liga yang memperbolehkan pemain berusia minimal 18 tahun, maka pemain kelahiran 2007 sudah sah bermain di musim 2025 (2025–2007 = 18). Meski demikian, Komdis ASKAB PSSI KSB justru menyatakan Gelora Mura kalah WO 0–3  tanpa klarifikasi, dialog, atau pembelaan dari pihak terkait.

“Ini bukan sekadar soal regulasi. Ini soal keadilan dan transparansi. Kalau regulasi menyebut usia minimal 18 tahun, maka kelahiran 2007 sudah memenuhi syarat. Kenapa harus ada keputusan sepihak tanpa verifikasi menyeluruh? Ini preseden buruk.”katanya.

Tak hanya itu, dijelaskan Ressy kemenangan kedua Gelora Mura FC atas Maluk FC (1–0) pada Sabtu 21 Juni juga tak diakui. Poin mereka kembali dipotong, membuat Gelora Mura yang seharusnya mengoleksi 6 poin dengan 5 gol, kini berada di dasar klasemen dengan 0 poin dan selisih -2 gol.

Merasa diperlakukan tidak adil, Gelora Mura FC melakukan aksi protes langsung di Lapangan Gambo dengan menduduki lapangan sebagai simbol perlawanan.

LIHAT JUGA :  Datangi Omah PSS Sleman, “ Serbu” Merchandise Super Elja

Dampaknya, pertandingan antara Pabiring FC vs Lalar Liang FC terpaksa ditunda dan seluruh pertandingan di venue 1 dipindahkan ke Desa Seteluk Tengah. Selain itu, lanjutan Liga 1 dan 2 Sumbawa Barat yang digelar di Lapangan Gambo Desa Mura sebagai Venue 1 yang ditunjuk Badan liga dari awal, dipindahkan ke Venue lainnya tanpa pemberitahuan resmi ke Pemerintah Desa Mura, selaku pemilik lapangan.

“Ketika komunikasi publik diabaikan, dan keputusan teknis dilakukan secara tertutup, maka integritas liga dipertaruhkan. Jangan sampai semangat pembinaan dan sportivitas di KSB dikorbankan demi kepentingan kelompok.”tambah Ressy.

Ressy mendesak agar Badan Liga dan Komisi Disiplin ASKAB PSSI KSB memberikan klarifikasi terbuka serta membuka ruang dialog dengan klub-klub peserta, agar kepercayaan publik terhadap penyelenggaraan Liga 1 bisa dipulihkan.

“ Seyogyanya aturan dijalankan dari aqal.. bukan setelah pertandingan.Atas hal ini kami menilai pengurus badan liga amatiran tidak bekerja profesional,”pungkasnya.(C1)

Artikel sebelumyaPersilam Amankan 3 Poin Perdana, Goa FC Dipaksa Akui Keunggulan
Artikel berikutnyaKomite Banding Bertindak: Finalisasi Sengketa Gelora Putera FC

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here